Kata shalih memang sering kita dijumpai dalam ayat-ayat Qur’an maupun hadits
Nabi saw yang artinya orang shalih, orang yang baik, orang yang tidak rusak atau orang yang patut dan cocok menurut ajaran Al-Qur’an.
Dengan kata lain, orang shalih adalah
orang yang prilaku dan akhlaknya sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dijelaskan dalam
Al-Qur’an, orang shalih adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam,
melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada
kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. (QS Ali
Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9).
Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 105, Allah swt memberikan pernyataan
dengan tegas bahwa bumi dan seisinya hanya pantas diwariskan kepada orang-orang shalih.
Sebab, merekalah yang dianggap mampu untuk menerima tugas dan amanat ini untuk
mengelola dan merawatnya.
Namun kenyataanya, sebagian besar penguasa bumi adalah
orang-orang fasik yang suka membuat kerusakan, termasuk bumi Indonesia.
Orang shalih memiliki ciri-ciri tertentu. Hal ini digambarkan Allah dalam Al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 113-114 dengan firmanNya :
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud shalat malam. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, dan bersebera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan; mereka itulah termasuk orang yang shalih” (Ali Imran 113-114). Dalam surat Al-Angkabut ayat 9 Allah juga berfirman :
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh benar-benar akan Kami
masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang shalih”.
1. Berakhlak baik (terpuji)
Akhlak yang baik merupakan cermin dari sifat dan kepribadian yang mulia serta
terpuji. Akhlak yang baik adalah hikmah dari hati yang bersih, jauh dari penyakit hati di
antaranya; iri, dengki, dendam, dan perbuatan dusta, serta menebar permusuhan di antara
sesama manusia.Diriwayatkan dari hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Umamah al-Bahili
ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku adalah penghulu sebuah istana di dasar surga bagiorang yang menghindari perseteruan sekali pun ia berada di pihak yang benar. (Penghulu) sebuah istana di tengah-tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta sekali pun hanya untuk bercanda, dan (penghulu) sebuah istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang berakhlak baik.”
Merupakan kewajiban seorang hamba Allah setelah menghiasi diri dengan akhlak
yang baik (terpuji) pada situasi dan kondisi apa pun di dalam bergaul dengan masyarakat,
dengan mencontoh Rasulullah saw, sebagai contoh yang terbaik bagi umat manusia. Hal yang
demikian itu memerlukan latihan dan keistiqomahan.
2. Mencintai Allah dan rasul-Nya
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah …” (QS. Al-Baqarah {2}:165).
Salah satu tanda orang yang beriman adalah mencintai Allah dan rasul-Nya. Imam
Muslim meriwayatkan dari Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya,hartanya, dan manusia seluruhnya.”
Hamba yang mencintai Allah tentu mencintai al-Qur’an
dan Nabi saw, yang menyampaikannya. Tanda cinta kepada Nabi adalah mencintai sunnah.
Tanda cinta kepada sunnah adalah cinta kepada akhirat. Tanda cinta kepada akhirat adalah
tidak suka kepada dunia dan hanya mau mengambilnya sebagai bekal menuju akhirat.
3. Mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah
Merupakan fitrah manusia untuk memiliki kecenderungan atau kecintaan, baik
terhadap manusia yang lain maupun terhadap harta (duniawi). Namun, sebaik-baiknya cinta
adalah mencintai karena Allah swt. Mencintai orang lain atau saudaranya karena Allah hanya
lahir dari bersihnya hati dan akhlak yang baik. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat nanti, Allah akan berfirman,
“Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Akunaungi mereka dalam naungan-Ku, dimana tidak ada naungan selain naungan-Ku.” Hamba yang telah sempurna imannya, jika dia mencintai adalah karena Allah, dan jika dia membenci maka hanya karena Allah pula. Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Dzar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karenaAllah, memberi karena Allah, dan menolak karena Allah, maka telah sempurnalah imannya.”
4. Ihsan
Ihsan adalah beribadah beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat Allah, dan
yakin sepenuhnya bahwa ibadah yang kita kerjakan senantiasa di awasi oleh Allah swt.
Dengan demikian, seorang hamba yang ihsan akan senantiasa merasa bersama Allah, merasa
diawasi oleh-Nya sehingga takut untuk berbuat maksiat kepada-Nya, serta bersungguhsungguh dalam beribadah kepada-Nya.
Seorang hamba yang memiliki derajat ihsan, akan tampak dalam perbuatan maupun
ucapan. Hanya orang-orang yang berakhlak baik yang telah mensucikan hati, menjaga lisan,
dan perbuatan yang dapat mencapai derajat ihsan, baik di mata manusia maupun dihadapan
Allah subhanahu wa ta’ala.
5. Merasa malu kepada Allah
Rasa malu kepada Allah lahir dari kesucian jiwa dan perasaan selalu diawasi segala
tindakannya oleh Allah swt. Maka, sejauh mana keimanan dan kedekatan seorang hamba
yang shalih dengan Rabb-nya dapat diukur dari rasa malu dia kepada Allah. Karena itulah,
rasa malu kepada Allah adalah sebagian dari iman.