DALIL TENTANG WARA’ DAN MENINGGALKAN DUNIA
Wara’ adalah perbuatan para ulama’ zuhud, dimana belia – beliau lebih meilih meninggalkan kehidupan duniawi daripada harus berfoya – foya dengan dunia yang fana ini.

Allah Ta'ala berfirman:

"Engkau semua mengira bahwa persoalan itu adalah remeh saya,  padahal di sisi Allah ia adalah persoalan yang agung-amat penting." (an-Nur: 15)

 Allah Ta'ala berfirman pula:

"Sesungguhnya Tuhanmu niscayalah selalu mengintip - segala perbuatanmu." (al-Fajr: 14)











Dalil yang berupa sunnah Nabi Muhammad SAW antara lain :

•    Dari AN - Nu'man  bin  Basyir  radhiallahu  'anhuma, beliau berkata bahwasannya:  "Saya  mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan sesungguhnya apa-apa yang haram itupun jelas pula. Di antara kedua macam hal itu yakni antara halal dan haram ada beberapa hal yang syubhat -samar-samar atau serupa yakni tidak jelas halal dan haramnya.Tidak dapat mengetahui apa-apa yang syubhat itu sebagian besar manusia. Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat, maka ia telah melepaskan dirinya dari melakukan sesuatu yang mencemarkan agama serta kehormatannya. Dan barangsiapa yang telah jatuh dalam kesyubhatan-kesyubhatan, maka jatuhlah ia dalam keharaman, sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembala di sekitar tempat yang terlarang, hampir saja ternaknya itu makan dari tempat larangan tadi. Ingatlah bahwasanya setiap raja itu mempunyai    larangan-larangan. Ingatlah bahwasanya larangan-larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan olehNya. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah beku, apabila benda ini baik, maka baiklah seluruh badan, tetapi apabila benda ini rusak - jahat, maka rusak jahat pulalah seluruh badan. Ingatlah bahwa benda itu adalah hati." (Muttafaq 'alaih). Imam-imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan Hadis di atas dari beberapa jalan, pula dengan lafaz-lafaz yang hampir bersamaan.

•    Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. menemukan sebiji buah kurma di jalanan, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata  saya tidak  takut  bahwa  kurma  ini  termasuk  golongan  benda  sedekah, pastilah saya akan memakannya." Suatu tanda sangat berhati-hatinya beliau s.a.w. dalam hal yang syubhat. (Muttafaq 'alaih)

•    Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Kebajikan ialah baiknya budipekerti dan dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwamu dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak." (Riwayat Muslim)

•    Dari Wabishah bin Ma'bad r.a., katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Engkau datang ini hendak menanyakan perihal kebajikan?" Saya menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Mintalah fatwa - keterangan atau pertimbangan - pada hatimu sendiri. Kebajikan itu ialah yang jiwa itu menjadi tenang padanya - di waktu melakukan dan setelah selesainya, juga yang hatipun tenang pula merasakannya,sedang dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwa serta bolak-balik yakni ragu-ragu dalam dada hati, sekalipun orang banyak telah memberikan  fatwanya  padamu;  yah, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad dan ad-Darimi dalam kedua musnadnya. Keterangan: Dua Hadis di atas itu menegaskan apa yang disebut kebajikan dan apa yang disebut dosa itu.

•    Dari Abu Sirwa'ah - dengan kasrahnya sin muhmalah - yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a. bahwasanya ia mengawini anak perempuannya Abu Ihab bin 'Aziz. Kemudian datanglah seorang wanita, lalu berkata: "Sesungguhnya saya benar-benar telah menyusui 'Uqbah serta perempuan yang dikawin olehnya itu - jadi keduanya adalah saudara sesusuan yang haram menjadi suami isteri." Kemudian 'Uqbah berkata kepada wanita tadi: "Saya tidak mengerti bahwa anda telah menyusui saya dan anda tidak pernah memberitahukan hal itu padaku." 'Uqbah  lalu  menaiki  kendaraan  untuk  menuju  kepada  Rasulullah  s.a.w.  di  Madinah, kemudian menanyakan perkara itu padanya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Bagaimana lagi, sedangkan persoalan sudah dikatakan demikian." Selanjutnya 'Uqbah lalu menceraikan isterinya itu dan mengawini wanita lain lagi. (Riwayat Bukhari)


•    Dari al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya hafal sesuatu sabda dari Rasulullah s.a.w.: "Tinggalkanlah apa-apa yang meragu-ragukan padamu untuk beralih kepada apa-apa yang tidak meragu-ragukan padamu."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Artinya ialah: Tinggalkanlah apa-apa yang engkau merasa bimbang    untuk dilaksanakan  dan  ambil  sajalah  apa-apa  yang  engkau  tidak  merasa  bimbang  samasekali dalam melaksanakannya.

•    Dari   Aisyah   radhiallahu   'anha,   katanya:   "Abu   Bakar   as-Shiddiq   r.a.   itu mempunyai seorang hambasahaya lelaki yang mengeluarkan - memberikan - kepadanya pendapatan wajibnya -alkharaj. Abu Bakar makan dari hasil kharaj tadi. Pada suatu hari hambasahaya itu datang padanya dengan membawa sesuatu, kemudian Abu Bakar juga memakannya.  Selanjutnya  hambasahaya  itu  berkata  pada  Abu  Bakar:  "Adakahandatahu, hasil dari apakah ini?" Abu Bakar bertanya: "Hasil apa ini?" Ia menjawab: "Dahulu pada zaman jahiliyah saya memberikan sesuatu ramalan pada seseorang, padahal saya sendiri sebenarnya tidak pandai dalam persoalan kahanah - pendukunan - itu, melainkan saya hanyalah menipunya belaka. Tadi ia menemui saya lalu memberikan pada saya sesuatu yang anda makan itu. Abu Bakar lalu memasukkan tangannya -dalam kerongkongannya, lalu memuntahkan segala sesuatu yang ada dalam perutnya." (Riwayat Bukhari)

•    Dari Nafi' bahwasanya Umar r.a. menentukan untuk kaum muhajirin yang pertama-tama sebanyak empat ribu - dirham setahun, ia juga menetapkan untuk anaknya.

Berbuatlah untuk kebaikan dunia dan akhiratmu namun jangan kau mencari kebaikan dunia selamanya. Karena dunia akan binasa dan tak kan pernah kekal. Semoga bermanfaat sahabtku.


SYUKRON KATSIRON