Wahai sahabatku yang berbahagia
Dalam menjalani kehidupan kita tidak lepas dengan yang namanya interaksi sosial dengan manusia lain. Atau mungkin antara individu dengan suatu kelompok masyarakat. Sehingga diharapkan agar kita tidak sampai membuat orang lain bingung atau mungkin tersakiti dengan apa yang kita bicarakan.
Wahai sahabatku yang berbahagia
Terkadang ketika berbicara, ada orang yang merasa kurang paham dengan apa yang kita bicarakan. Maka hendaknya kita mengulangi pembicaraan teresebut. Terlebih ketika pembicaraan yang kita ucapkan adalah suatu yang penting atau berupa kebaikan (nasihat). Hal ini diharapkan agar orang yang kita ajak bicara paham.
Hal ini senada dengan dalil – dalil dibawah ini yang antara lain :
• Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. apabila berbicara dengan sesuatu pembicaraan, maka beliau s.a.w. mengulanginya tiga kali sehingga dapat dimengerti apa yang dibicarakannya itu. Dan jikalau beliau s.a.w. itu datang pada sesuatu kaum, lalu memberikan salam kepada mereka, maka salam itu diucapkan sebanyak tiga kali." (Riwayat Bukhari)
• Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Percakapannya Rasulullah s.a.w. itu adalah merupakan percakapan yang terpisah-pisah - yakni jelas sekali antara kata yang satu dengan kata yang lainnya - dan dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya." (Riwayat Abu Daud)
• Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda dalam haji wada' - yakni haji terakhirnya Nabi s.a.w. sebagai tanda meminta diri -: "Mintalah orang-orang itu supaya mendengarkan baik-baik." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, lagi pula janganlah yang sebagian dari engkau semua itu memukul leher sebagian lainnya," maksudnya janganlah melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian, permusuhan dan pertempuran antara sesama kaum Muslimin." (Muttafaq 'alaih)
Selain itu sudah disebutkan juga didalam Al- qur’an yaitu :
Allah Ta'ala berfirman:
"Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan menggunakan kebijaksanaan dan nasihat yang baik." (an-Nahl: 125)
• Dari Abu Wail yaitu Syaqiq bin Salamah, katanya: "Ibnu Mas'ud r.a. itu memberikan peringatan - nasihat yang berisikan keagamaan - kepada kita sekali setiap hari Khamis. Kemudian ada seorang yang berkata padanya: "Hai Abu Abdir Rahman, niscayalah saya akan lebih senang lagi, jikalau engkau memberikan peringatan kepada kita itu setiap hari." Ibnu Mas'ud menjawab: "Sebenarnya saja yang mencegah saya berbuat demikian itu yakni tidak memberikan peringatan setiap hari ialah karena saya tidak senang kalau saya akan menyebabkan bosannya engkau semua. Sesungguhnya saya menjaga waktu - yakni tidak setiap hari - memberikan nasihat kepadamu semua ini sebagaimana keadaannya Rasulullah s.a.w. yang juga menjaga waktu memberikan nasihat kepada kita dahulu, karena takut timbulnya kebosanan pada kita." (Muttafaq 'alaih)
• Dari Abulyaqdzhan yaitu Ammar bin Yasir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya panjangnya seseorang dalam bersembahyang dan pendeknya dalam berkhutbah adalah suatu tanda kepandaian orang itu dalam urusan keagamaan. Oleh sebab itu, maka panjangkanlah shalat dan pendekkanlah berkhutbah." (Riwayat Muslim)
• Dari Mu'awiyah bin al-Hakam as-Sulami r.a., katanya: "Pada suatu ketika saya bersembahyang bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba ada seorang dari kaum yang berjamaah itu bersin, lalu saya mengucapkan: "Yarhamukallah." Kaum - yakni orang-orang itu -sama melemparkan pandangan mereka padaku, lalu saya mengucapkan: "Aduh bencana ibuku, mengapa engkau semua melihat padaku?" Orang-orang itu selalu memukulkan tangan- tangan mereka pada paha-paha mereka. Setelah saya mengerti bahwa mereka itu menyuruh saya supaya berdiam lalu sayapun berdiamlah. Selanjutnya setelah Rasulullah s.a.w. selesai mengerjakan shalat, maka aduhai ayah dan ibuku, belum pernah saya melihat seorang gurupun sebelum saat itu dan bahkan sesudah itu sekalipun yang lebih bagus cara mengajarnya daripada beliau s.a.w. tersebut. Demi Allah, beliau tidak membentak-bentak padaku, tidak pula memukulku dan tidak pula mencaci maki padaku. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya shalat ini tidak patut di waktu mengerjakannya itu mengucapkan sesuatu dari ucapan manusia. Hanyasanya shalat itu adalah ucapan tasbih (Subhanallah), ucapan takbir (Allahu Akbar) serta bacaan al-Quran" atau seperti itu apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya ini baru saja keluar dari masa jahiliyah, dan Allah sungguh-sungguh telah mendatangkan Agama Islam ini. Sesungguhnya di antara kita semua ini ada beberapa orang yang suka mendatangi ahli ramal -pedukunan." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan engkau mendatangi mereka." Saya berkata lagi: "Di antara kita ada pula orang-orang yang merasa akan mendapat nasib buruk." Beiiau s.a.w. bersabda: "Hal itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan dalam hati mereka sendiri, maka tentulah tidak dapat menghalang-halangi mereka," yakni hal itu tidak akan memberikan bekas apapun kepada mereka, baik kemanfaatan atau kemadharatan. (Riwayat Muslim)
• Dari al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w. berupa suatu nasihat yang karena mendengarnya itu semua hati menjadi takutdan semua mata dapat mengalirkan air mata." (Riwayat Muslim)
Demikian dalil – dalil yang berkaitan dengan nasihat dan pembicaraan yang hampir setiap saat dan setiap waktu kita lakukan. Semoga menjadikan kita lebih faham tentang hal yang demikian.
SYUKRON KATSIRON