Hidup bukan tempat yang kekal dan abadi. Dunia bukanlah suatu kebanggaan yang bisa memberikan kenikmatan yang utuh dan selamanya. Namun semua itu akan kembali kepada Allah SWT. Semua itu bukanlah keindahan yang tiada tara. Bukanlah kepastian yang bisa membuat kita bangga. Oleh sebab itu, janganlah pernah kita menganggap itu sebagai suatu kenikmatan yang awet. Tanpa ada batasnya. Tanpa ada habisnya.

Allah Ta'ala berfirman:

"Perumahan akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki berbuat kesombongan di bumi dan pula tidak membikin kerusakan dan penghabisan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)

    Dari Abu Said, yaitu Abdur Rahman bin Samurah r.a., katanya: "Rasululiah s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai Abdur Rahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan amir - penguasa negara, sebab jikalau engkau diberi tanpa adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan diberi pertolongan oleh Allah dalam memegang jabatan itu, tetapi jikalau engkau diberi dengan sebab adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan dipalingkan dari pertolongan Allah. Jikalau engkau bersumpah atas sesuatu yang disumpahkan, kemudian engkau mengetahui sesuatu yang selainnya itu lebih baik daripada apa yang engkau sumpahkan tadi, maka datangilah - yakni laksanakanlah -apa-apa yang lebih baik tadi serta bayarlah kaffarah - denda - karena sumpahmu itu." (Muttafaq 'alaih)

    Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, sesungguhnya saya melihat engkau itu adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya saya mencintai untukmu sesuatu yang saya cintai untukku sendiri. Janganlah engkau menjadi seorang amir pemegang kekuasaan atau hakim atas dua orang maksudnya sekalipun yang diperintah itu hanya sedikit dan diibaratkan dua orang, tetapi jangan suka menjadi penguasa atau yang membawahi mereka dan jangan pula engkau mendekati harta anak yatim - sehingga engkau pakai untuk keperluanmu sendiri." (Riwayat Muslim)

    Dari Abu Zar r.a. pula, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka menggunakan saya yakni mengangkat saya sebagai seorang petugas negara." Beliau s.a.w. lalu menepuk bahuku dengan tangannya, lalu bersabda: "Hai Abu Zar, sesungguhnya pada hari kiamat engkau adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya jabatan pemerintahan itu adalah sebagai amanat dan sebenarnya jabatan sedemikian itu adalah merupakan kerendahan serta penyesalan - pada hari kiamat - bagi orang yang tidak dapat menunaikan amanatnya, kecuali seseorang yang mengambil amanat itu dengan hak sebagaimana mestinyadan menunaikan apa yang dibebankan atas dirinya perihal amanat yang dipikulkan tadi. (Riwayat   Muslim)

    Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya  engkau  semua  itu  akan  bersifat  loba  untuk  memperoleh  jabatan sebagai penguasa negara dan jabatan sedemikian itu akan menyebabkan adanya penyesalan pada hari kiamat." (Riwayat   Bukhari)

    Dari Abu Said dan Abu  Hurairah radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah dan tidak pula Allah mengangkat seorang khalifah, melainkan Nabi atau khalifah itu mempunyai dua golongan yang bertentangan. Golongan yang satu menyuruhnya untuk mengerjakan kebaikan dan mengajaknya    melaksanakan    sedemikian itu    sedang golongan yang satunya lagi menyuruhnya  mengerjakan  kejahatan  dan  mengajaknya  melaksanakan  sedemikian  itu. Orang yang terjaga ialah yang dipelihara niat, ucapan dan perbuatannya oleh Allah." (Riwayat Bukhari)

    Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila Allah itu menghendaki kepada seseorang amir penguasa negara menjadi baik, maka Allah membuat untuk wazir atau pembantu yang benar. Jikalau amir itu lupa dari melaksanakan kebaikan, maka wazir itu mengingatkannya dan jikalau amir itu ingat untuk  melakukan  kebaikan,  maka  wazir  itu  memberikan  pertolongannya.  Tetapi  apabila Allah menghendaki kepada seseorang amir menjadi yang selain itu - yakni menjadi amir yang jelek, maka Allah membuat untuknya wazir yang jelek pula. Jikalau amir itu lupa dari melaksanakan kebaikan, maka wazir itu tidak suka mengingatkannya dan jikalau amir itu telah ingat untuk melaksanakan kebaikan, maka wazir itupun tidak suka memberikan pertolongan padanya." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik menurut syaratnya Imam Muslim.

            Sombong bukanlah sesuatu yang patut untuk dibanggakan dan dianggap sebagai suatu kenikmatan. Kesombongan hanya akan membuat seseorang menjadi hina dan hanya sebagai makhluk yang hanya bernyawa tanpa berakal.

   
SYUKRON KATSIRON