Assalamualaikum Wr. Wb.
Sahabatku sekalian yang dirahmati oleh Allah SWT.
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakantah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas dalam menceiakakan dirinya sendiri - yang berlebih-lebihan daiam melakukan kemaksiatan, janganlah engkau semua berputus asa dari rahmat Allah - yakni dari pengampunanNya, sesungguhnya Allah itu dapat mengampuni segala macam dosa, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (az-Zumar: 53)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Kami tidak akan memberikan pembalasan, melainkan kepada orang yang sangat keras kepala." (Saba': 17)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahawa siksaan itu adalah untuk orang yang mendustakan dan membelakang tidak suka menerima petunjuk Allah." (Thaha: 48)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan rahmatKu melebar - meliputi - segala sesuatu." (al-A'raf: 156)
Maksudnya mengharapkan agar supaya kita mendapatkan keridhaan, kerahmatan, kasih sayang serta pengampunan dari Allah Ta'ala. Seseorang yang mengharapkan sebagaimana di atas itu dari Allah Ta'ala ada kalanya disertai dengan amal perbuatan yang menyebabkan dapat dikabulkan permohonannya itu oleh Allah,tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa.
Jadi hanya mengharapkan saja tanpa berbuat sesuatu yang menyebabkan terkabulnya. Mengharapkan sebagaimana yang tersebut pertama itu disebut Raja' sedang yang kedua disebut Tamanni.
Secara ringkasnya, apabila kita mengharapkan keselamatan di dunia dan akhirat dan kita sertai amal perbuatan yang nyata, memenuhi apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, meninggalkan apa-apa yang dilarang olehNya, segala kewajipan yang dibebankan kepada kita, baik terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat kita penuhi maka insya Allah terkabullah harapan kita dan di akhirat akan kita temui pula pahalanya yakni masuk dalam syurga.
Sebaliknya kalau semua itu tidak kita laksanakan, apalagi jika ditambah dengan mengerjakan kemungkaran dan kemaksiatan, kemudian mengharapkan pengampunan Allah, maka jangan diharap akan dikabulkan bahkan sebaliknya, iaitu di dunia hati kita tidak tenang dan selalu gelisah, sedang azab Allah di akhirat sudah menanti-nantikan iaitu dilemparkan ke dalam api neraka.
Jadi yang wajib kita lakukan ialah Raja' dan bukannya Tamanni.
Dilihat dari Hadistnya antara lain :
Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,dan bahawasanya Muhammad adalah hambaNya serta RasulNya, dan bahawasanya Isa adalah hamba Allah dan RasulNya serta kalimatNya diberikan kepada Maryam - kerana wujudnya itu tanpa ayah, juga sebagai ruh daripadaNya - kerana dapat menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah, menyaksikan pula bahwa syurga dan neraka itu benar adanya, maka orang yang sedemikian itu akan dimasukkan oleh Allah ke dalam syurga sesuai dengan amalan yang dilakukan olehnya."(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad adalah Rasulullah maka Allah mengharamkan ia masuk neraka."
Dari Abu Zar r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Allah Azzawajalla berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang datang mengerjakan kebaikan, maka baginya adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang melakukan kejelekan balasannya kejelekan ialah kejelekan yang seperti itu atau Aku ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu, tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan olehnya." (Riwayat Muslim)
Dari Jabir r.a., katanya: "Ada seorang A'rab - orang Arab dari pedalaman - datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam syurga jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam neraka jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka." (Riwayat Muslim)
Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. dan Mu'az ada di belakangnya sama- sama menaiki suatu kendaraan. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah, wa sa'daik," - ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang amat sopan sekali. Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa sa'daik." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa sa'daik." Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba pun yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka." Mu'az berkata: "Ya Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia, supaya mereka itu ikut bergembira." Beliau s.a.w. menjawab: "Kalau itu diberitahukan tentu orang-orang akan hanya bertawakal saja - yakni tanpa beramal ibadat dan merasa akan selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh sebab itu Mu'az memberitahukan sabda beliau s.a.w. ini sewaktu hendak matinya saja karena takut berdosa." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. atau dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhuma - yang merawikan Hadis ini ragu-ragu apakah dari Abu Hurairah atau dari Abu Said, tetapi keragu- raguan semacam ini tidak membahayakan shahihnya Hadis dalam diri sahabat, sebab semua itu adalah orang-orang adil, katanya: "Ketika terjadi perang Tabuk, maka orang-orang sama menderita kelaparan, lalu mereka berkata: "Ya Rasulullah bagaimana andaikata Tuan izinkan saja kita menyembelih unta-unta kita, kemudian kita dapat bersama-sama makan dan berminyak - dengan lemaknya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Lakukanlah itu - yakni sembelihlah." Kemudian datanglah Umar r.a. lalu berkata: "Ya Rasulullah, jikalau Tuan membolehkan itu dilaksanakan, maka berkuranglah kendaraan yang dapat dinaiki, tetapi panggillah orang-orang itu dengan membawa sisa-sisa bekalnya sendiri, kemudian berdoalah kepada Allah untuk mereka agar mendapatkan keberkahan, barangkali Allah akan memberikan keberkahan dalam makanan mereka." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ya." Beliau s.a.w. meminta didatangkan selembar kulit kering kemudian dibeberkannya, lalu menyuruh orang-orang itu meletakkan sisa-sisa bekalnya. Di situ ada seorang yang datang dengan membawa segenggam gandum, yang lainnya datang dengan segenggam kurma, yang lainnya pula dengan sekerat roti, sehingga berkumpullah di atas kulit tadi sekadar makanan yang amat sedikit. Selanjutnya Rasulullah mendoakan agar makanan itu mendapatkan keberkahan Allah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ambillah itu di masing-masing wadahmu." Orang-orang sama mengambilnya di wadahnya sendiri-sendiri sehingga tidak sebuah wadah pun yang mereka tinggalkan di kalangan tentera itu melainkan sudah diisi penuh-penuh. Mereka dapat makan sampai kenyang dan masih ada sisa kelebihannya. Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya saya adalah Rasulullah. Tiada seseorang hamba pun yang menemui kedua kalimat syahadat itu - setelah matinya nanti, sedangkan ia tidak ragu-ragu, lalu ditolak dari masuk syurga - maksudnya orang yang diketahui mempunyai keyakinan yang mantap mengenai dua kalimat syahadat itu, pasti tidak terhalang untuk masuk syurga." (Riwayat Muslim)
Dari 'Itban bin Malik r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar, katanya: "Saya bersembahyang sebagai imam untuk kaumku iaitu Bani Salim. Antara tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu. Oleh sebab itu saya datang kepada Rasulullah SAW.
SYUKRON KATSIRON