Assalamualaikum Wr. Wb.
Sahabatku yang dikasihi oleh Allah SWT.
Dalam kehidupan kita, seringkali kita mengharapkan kebahagiaan kita. Terlebih ketika kita sudah menemui ajal. Kita senantiasa mengharapkan agar memperoleh balasan berupa kebaikan dan kebahagiaan diakhirat kelak. Kita dapat membawa diri kita menuju kebaikan dan kebahagiaan tersebut.
Sahabatku yang dikasihi oleh Allah SWT.
Marilah kita senantiasa bersungguh – sungguh dalam melakukan kebajikan. Agar kita dapat memperoleh hasil yang maksimal. Hasil yang benar – benar kita harapkan sesuai dengan niatan dan apa yang kita lakukan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang berjihad dalam membela agama Kami, maka pasti akan Kami tunjukkan mereka itu akan jalan Kami dan sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang berbuat kebagusan." (al-Ankabut: 69)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan - kematian - itu padamu." (al-Hijr:
99)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, iapun pasti akan mengetahuinya." (az-Zalzalah: 7)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan apa saja - perbuatan baik - yang engkau sekalian berikan untuk dirimu sendiri, nanti pasti akan engkau sekalian dapati di sisi Allah, keadaannya adalah lebih baik dan lebih besar pahalanya dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (al-Muzzammil: 20)
firman Allah Ta'ala:
"Dan apa saja kebaikan yang engkau sekalian kerjakan, maka sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui." (al-Baqarah: 215)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:
• Pertama: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat Bukhari)
• Kedua: Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari
Tuhannya 'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi : "Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas." (Riwayat Bukhari) Hadis yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan belaka, baik bagi Allah atau bagi hambaNya. Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang mengerjakan ketaatan kepada Allah sekalipun sedikit, maka Allah akan menerima serta memperlipat-gandakan pahalanya, juga pelakunya itu diberi kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di akhirat. Makin besar dan banyak ketaalannya, makin pula besar dan bertambah-tambah pahalanya. Manakala cara melakukan ketaatan itu dengan perlahanlahan, Allah bukannya memperlahan atau memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan dengan segera dinilai pahalanya itu dengan penilaian yang luarbiasa tingginya.
• Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar manusia yaitu kesihatan dan kelapangan waktu." (Riwayat Bukhari) Lafaz Maghbuun dalam Hadis di atas itu, asalnya dari kata Zhaban, yaitu membeli sesuatu dengan harga yang melebihi batas dari harga yang semestinya dan berlipat-lipat dari yang seharusnya dibayarkan, jadi yang sepatutnya dibeli seratus rupiah, tiba-tiba dibeli dengan harga seribu rupiah. Juga Ghaban itu dapat berarti menjual sesuatu dengan harga yang terlampau sangat rendahnya, misalnya sesuatu itu dapat dijual dengan harga limapuluh rupiah, tetapi hanya dijual dengan harga lima rupiah saja. Orang mukallaf yakni manusia yang sudah baligh lagi berakal oleh Rasulullah s.a.w. diumpamakan sebagai seorang pedagang.
• Keempat: Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?" (Muttafaq 'alaih) Dalam mengulas apa yang dikatakan oleh Sayidah Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Rasuiullah s.a.w. itu sudah diampuni semua dosanya oleh Allah, baik yang dilakukan dahulu atau belakangan, maka al-lmam Ibnu Abi Jamrah r.a. memberikan uraiannya sebagai berikut: "Sebenarnya tiada seorangpun yang dalam hatinya terlintas suatu persangkaan bahwa dosa-dosa yang diberitahukan oleh Allah Ta'ala yang telah diampuni yakni mengenai diri Nabi s.a.w. itu adalah dosa yang kita maklumi dan yang biasa kita jalankan ini, baik yang dengan sengaja atau cara apapun. Itu sama sekali tidak, sebab Rasulullah s.a.w., juga semua nabiullah 'alaihimus shalatu wassalam itu adalah terpelihara dan terjaga dari semua kemaksiatan dan dengan sendirinya tidak ada dosanya samasekali (ma'shum minadzdzunub). Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari memiliki persangkaan yang jelas salahnya sebagaimana di atas.
• Kelima: Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabilamasuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat pinggangnya." Yang dimaksudkan ialah: Hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu. Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari kaum wanita yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadat. Dikatakan: Saya rnengeraskan ikat pinggangku untuk perkara ini, artinya: Saya bersungguh-sungguh melakukannya dan menghabiskan segala Waktu untuk merampungkannya.
• Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu godaan syaitan." (Riwayat Muslim)
• Ketujuh: Dan" Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah neraka dengan berbagai kesyahwatan keinginan dan ditutupilah syurga itu dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih) Dalam sebuah riwayat, dari Muslim disebutkan dengan mengjunakan kata huffat sebagai ganti kata hujibat, sedang artinya adalah sama, yaitu bahwa antara seseorang dengan neraka (atau syurga) itu ada tabirnya, maka jikalau tabir ini dilakukannya, tentulah ia masuk ke dalamnya.
• Kedelapan: Dari Abu Abdillah, yaitu Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang terkenal sebagai penyimpan rahasia Rasullah s.a.w., radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya bersembahyang beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam maka beliau membuka - dalam rakaat pertama - dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus, kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu." Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka dalam rakaat kedua - dengan surat anNisa'lalu membacanya,kemudian membuka lagi sebagai lanjutan-nya - surat ali Imran, kemudian membacanya.(Riwayat Muslim)
• Kesembilan: Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bersembahyang beserta Rasulullah s.a.w. pada suatu malam, maka beliau memperpanjangkan berdirinya, sehingga saya bersengaja untuk melakukan sesuatu yang tidak baik." Ia ditanya: "Dan apakah hal yang tidak baik yang engkau sengajakan itu?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab: "Saya bersengaja hendak duduk saja dan meninggalkan beliau tidak terus berma'mum padanya." (Muttafaq
'alaih).
• Kesepuluh: Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih)
• Kesebelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Syurga itu lebih dekat pada seseorang diantara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya, nerakapun demikian pula." (Riwayat Bukhari)
Dari sini mulailah kita untuk menggapai cita – cita kita menuju syurga-Nya. Dengan memperbanyak amalan – amalan yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Agar kelak kita mampu mendapatkan Syurga Allah SWT.
SYUKRON KATSIRON