TAWADHU’ DALAM KEHIDUPAN SEHARI – SEHARI SESUAI DENGAN SUNNAH NABI
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah SWT.

Ketika kita menjalani kehidupan ini, maka hendaknya kita memiliki rasa rendah hati. Kita harus lebih merendahkan diri kita agar kita terhindar dari sifat sombong atau takabbur. Dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih bermakna dan indah.

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Hai  orang-orang  yang  beriman,  barangsiapa  yang  surut  kembali  dari  agamanya  -  yakni
menjadi orang murtad, maka Allah nanti akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintai Allah. Mereka itu bersikap merendahkan diri kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir." (al-Maidah: 54)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami - Allah - menciptakan engkau semua itu dari jenis lelaki  dan  wanita  dan  menjadikan  engkau  semua  berbangsa-bangsa  serta  berkabilah-kabilah,  agar supaya engkau semua saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau semua di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa dari kalanganmu itu." (al-Hujurat: 13)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Janganlah engkau semua melagak-lagakkan dirimu sebagai orang suci. Allah adalah lebih mengetahui kepada siapa yang sebenarnya bertaqwa." (an-Najm: 32)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan orang-orang yang menempati a'raf - tempat-tempat yang tinggi-tinggi - itu berseru kepada beberapa orang yang dikenalnya karena tanda-tandanya, mereka mengatakan: "Apa yang telah engkau  semua  kumpulkan  dan  apa  yang  telah  engkau  semua  sombongkan  itu  tidaklah  akan memberikan pertolongan kepadamu. Inikah orang-orang yang telah engkau semua persumpahkan, bahwa mereka tidak akan mendapatkan kerahmatan dari Allah? Kepada mereka itu dikatakan: "Masuklah engkau semua dalam syurga, engkau semua tidak perlu merasa ketakutan dan tidak pula bersedih hati." (al-A'raf: 48-49)


1.    Dari 'lyadh bin Himar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu', sehingga tidak ada seseorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain - yakni bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain dan tidak pula seseorang itu menganiaya kepada orang lain karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri." (Riwayat Muslim)

2.    Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu' karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajat orang itu." (Riwayat Muslim).

3.    Dari Anas r.a. bahwasanya ia berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata: "Nabi s.a.w. juga melakukan sedemikian." (Muttafaq 'alaih)

4.    Dari Anas r.a. pula, katanya: "Bahwasanya ada seorang hambasahaya wanita dari golongan hambasahaya wanita yang ada diMadinah mengambil tangan Nabi s.a.w. lalu wanita itu berangkat dengan beliau s.a.w. ke mana saja yang dikehendaki oleh wanita itu." Ini menunjukkan bahwa beliau s.a.w. selalu merendahkan diri. (Riwayat Bukhari)

5.    Dari al-Aswad bin Yazid, katanya: "Saya bertanya kepada Aisyah radhiallahu 'anha, apakah yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. di rumahnya?" Aisyah menjawab: "Beiiau s.a.w. melakukan pekerjaan keluarganya yakni melayani atau membantu pekerjaan keluarganya. Kemudian jikalau datang waktu shalat, lalu beliau keluar untuk mengerjakan shalat itu." (Riwayat Bukhari)

6.    Dari Abu Rifa'ah yaitu Tamim bin Usaid r.a., katanya: "Saya sampai kepada Nabi s.a.w.  dan  waktu  itu  beiiau  sedang  berkhutbah,  lalu  saya  berkata:  "Ya  Rasulullah,  ada seorang yang gharib - asing yakni bukan penduduk negeri itu - datang untuk menanyakan agamanya yang ia tidak mengerti apakah agamanya itu." Rasulullah s.a.w. lalu menghadap kepada saya dan meninggalkan khutbahnya, sehingga sampailah ke tempat saya. Beliau s.a.w. diberi sebuah kursi kemudian duduk di situ dan mulailah mengajarkan pada saya dari apa- apa yang diajarkan oleh Allah padanya. Selanjutnya beliau mendatangi tempat khutbahnya lalu menyempurnakan khutbahnya itu." (Riwayat Muslim)

7.    Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. apabila makan sesuatu makanan, maka beiiau itu menjilati jari-jarinya yang tiga - yakni ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Anas berkata: "Rasulullah bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka buanglah dartpadanya itu apa-apa yang kotor dan setelah itu makanlah dan janganlah ditinggalkan untuk dimakan syaitan - yang masih bersih tadi. Beiiau s.a.w. juga menyuruh supaya bejana tempat makanan itu dijilati pula. Beiiau bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak mengetahui dalam makanan yang manakah yang disitu ada berkahnya." (Riwayat Muslim)

8.    Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:. "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia tentu menggembala kambing." Para sahabatnya bertanya: "Dan tuan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya juga menggembala kambing itu, yaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah."(Riwayat Bukhari)

9.    Dari  Abu  Hurairah  r.a.  dari  Nabi  s.a.w.,  katanya:  "Andaikata  saya  dipanggil untuk mendatangi jamuan berupa kaki bawah atau pun kaki atas - maksudnya baikpun makanan yang tidak berharga ataupun yang amat tinggi nilainya, niscayalah saya akan mengabulkan undangan itu. juga andaikata saya diberi hadiah berupa kaki atas atau kaki bawah, niscayalah saya suka menerimanya." (Riwayat Bukhari)

10.    Dari Anas r.a. katanya: "Adalah untanya Rasulullah s.a.w. itu diberi nama 'Adhba', tidak pernah didahului atau hampir tidak dapat didahului. Maka datanglah seorang A'rab duduk di atas kendaraan yang dinaikinya, kemudian mendahului unta beliau s.a.w. itu. Hal itu dirasakan berat sekali atas kaum Muslimin - yakni kaum merasa tidak senang terhadap kelakuan orang A'rab tadi -A'rab ialah orang yang berdiam di negeri Arab bagian pedalaman. Hal itu - yakni keberatan kaum Muslimin tadi -diketahui oleh beliau s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Adalah merupakan hak Allah bahwasanya tidaklah sesuatu dari keduniaan itu meninggi, melainkan pasti akan diturunkannya," maksudnya bahwa harta atau kedudukan itu  jikalau  sudah  mencapai  puncak  ketinggiannya  dan  tidak  digunakan  sebagaimana mestinya tuntunan agama, pasti akan diturunkan kembali oleh Allah. (Riwayat  Bukhari)

Sehingga dengan adanya ketawadhu’an yang kita lakukan maka kita akan memiliki kebanggan dalam menjalani kehidupan kita dan kita akan lebih dekat dengan Allah SWT. menjadikan kita lebih taat lagi dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Aamiin.


SYUKRON KATSIRON