Saat ini, atau mungkin suatu saat nanti pasti kita memiliki yang namanya rahasia. Karena sesungguhnya dalam kehidupan kita sebagai manusia tidaklah lepas dengan yang namanya rahasia, baikitu rahasia diri sendiri maupun rahasia orang lain.
Kita harus bisa menjaga rahasia kita.
Karena yang rahasia itu sifatnya tersembunyi.
Allah Ta'ala berfirman:
Dan penuhilah
janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan."
(al-lsra': 34) Adapun hadist yang berkaitan dengan menjaga rahasia yakni :
1. Dari Abu Said al-Khudri r.a,, katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal
kedudukannya pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang menyetubuhi isterinya
dan isterinya itupun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia
isterinya itu," misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara
bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini
termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)
2. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a.
pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah. Umar berkata:
"Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan
Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, akan saya kawinkan anda
dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu
persoalanku ini," yakni suka mengawini atau tidaknya. Saya berdiam diri
beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari, kemudian ia menemui
saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa saya tidak
akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar
as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, saya akan
mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan
seterusnya ia tidak kembali padaku samasekali yakni tidak memberikan jawaban
apa-apa perihal ya atau tidaknya. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka
saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman.
Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinangoleh Nabi s.a.w.
lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar
menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali anda marah kepada
saya ketika anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan
jawaban apapun pada anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu
berkata lagi: "Sebenarnya saja tidak ada yang menghalang-halangi saya
untuk kembali memberikan jawaban - kepada anda itu perihal apa yang anda
tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w.
pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan
akan mengawininya. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia
Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya - yakni tidak ada
keinginan mengawininya, niscayalah saya menerimanya -yakni suka mengawininya.
(Riwayat Bukhari)
3. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para
isteri Nabi s.a.w. sedang berada
di sisi beliau s.a.w.
itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan
berjalan dan jalannya itu tidak ada salahnya samasekali yakni sama persis dari
jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun
menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku."
Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau menurut riwayat lain - di
sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis
dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w.
melihat kegelisahan puterinya
lalu dibisikinya sekali lagi, ialu
Fathimah tertawa." Saya Aisyah berkata kepada
Fathimah: "Engkau telah diistimewakan
oleh Rasulullah s.a.w. di antara sekalian isteri-isterinya dengan
dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri
dari tempatnya, lalu saya - Aisyah - bertanya kepada Fathimah: "Apakah
yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab:
"Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah
s.a.w." Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah:
"Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya,
supaya engkau meberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w.
Fathimah menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu.
Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau
s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan
kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam
setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya
tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat.
Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja
sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu
lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang anda lihat dulu itu. Selanjutnya
setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya
untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau
suka jikalau engkau
menjadi penghulu -pemimpin -
dari seluruh wanita
dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari
kalangan ummat ini?" Oleh karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang
anda lihat dulu itu." (Muttafaq 'alaih. Ini adalah lafaznya Imam Muslim)
4. Dari
Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di
waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w.
mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya.
Oleh sebab itu saya terlambat
mendatangi ibuku. Selanjutnya
setelah saya datang,
ibu lalu bertanya: "Apakah
yang menahanmu - sampai terlambat datangnya ini?" Saya berkata: "Saya
diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu
bertanya: "Apakah hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah
rahasia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali- kali engkau
memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun jua."
Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan
kepada seseorang, niscayalah saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula,
hai Tsabit." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari
meriwayatkan sebagian dengan diringkaskan).